Aksara Lampung

Mashenry.com--- Aksara Lampung

Pengertian Aksara Lampung

Aksara Lampung, yang juga dikenal dengan sebutan Had Lampung, adalah sistem tulisan tradisional yang digunakan oleh masyarakat Suku Lampung untuk menulis bahasa Lampung. Aksara ini memiliki akar sejarah yang mendalam dan dianggap sebagai warisan budaya yang sangat penting bagi identitas masyarakat Lampung. Banyak ahli berpendapat bahwa aksara Lampung berasal dari perkembangan aksara Devanagari, yang juga dikenal dengan nama Dewdatt Deva Nagari, yang berasal dari India Selatan. Aksara ini berhubungan erat dengan aksara Pallawa, yang digunakan di kawasan India Selatan dan kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara.

Sejarah dan Asal Usul Aksara Lampung

Aksara Lampung memiliki sejarah yang panjang, dimulai pada zaman kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-7 hingga abad ke-13. Pada masa itu, aksara ini digunakan di wilayah Sumatera Selatan dan mulai meluas ke daerah Lampung. Aksara Lampung, seperti halnya aksara Jawa (ca-ra-ka) atau aksara Arab (alif-ba-ta), menggunakan sistem abugida, yaitu setiap karakter mewakili satu suku kata yang terdiri dari konsonan diikuti oleh vokal.

Meskipun aksara Lampung memiliki kemiripan dengan aksara-aksara lain yang berasal dari India, aksara ini tetap memiliki keunikan tersendiri. Dalam bahasa Lampung, aksara ini dikenal dengan nama kelabai surat Lampung, yang berarti "Ibu surat Lampung", menggambarkan kedudukannya sebagai simbol budaya yang sangat penting bagi masyarakat Lampung.

Struktur Aksara Lampung

Aksara Lampung memiliki struktur yang kompleks dan terdiri dari beberapa elemen, antara lain:

1. Huruf Induk, Aksara Lampung memiliki 20 huruf induk yang masing-masing mewakili konsonan dasar dalam bahasa Lampung. Huruf-huruf induk tersebut adalah: ka, ga, nga, pa, ba, ma, ta, da, na, ca, ja, nya, ya, a, la, ra, sa, wa, ha, gha.

2. Anak Huruf, Anak huruf berfungsi untuk menambah variasi bunyi dalam penulisan. Anak huruf ini terletak di atas, bawah, atau belakang huruf induk. Berikut adalah nama-nama anak huruf dalam aksara Lampung:

  • Anak huruf di atas huruf: ulan, bicek, tekelubang (untuk bunyi 'ang'), rejenjung (untuk bunyi 'ar'), dan datas (untuk bunyi 'an').
  • Anak huruf di bawah huruf: bitan dan tekelungau (untuk bunyi 'au')
  • Anak huruf di belakang huruf: tekelingai (untuk bunyi 'ai'), keleniah (untuk bunyi 'ah'), dan nengen (sebagai tanda untuk huruf mati).

3. Tanda Vokal dan Diftong

Tanda vokal dan diftong dalam aksara Lampung juga memiliki cara penulisan yang unik. Mirip dengan tanda fathah dan kasrah pada aksara Arab, vokal dan diftong ini tidak ditulis di depan huruf, melainkan di belakang huruf, yang menjadi ciri khas dari aksara Lampung.

Perkembangan Aksara Lampung

Pada awalnya, aksara Lampung digunakan untuk menulis piagam dan naskah-naskah kuno, yang sering ditulis di atas bahan alami seperti kulit kayu, tanduk, atau bambu. Salah satu contoh sejarahnya adalah kitab yang ditemukan di bekas Keratuan Darah Putih yang ditulis pada tahun 1270 H, menggunakan aksara Lampung lama dan Arab-Melayu.

Namun, seiring masuknya pengaruh Islam dan meluasnya penggunaan aksara Arab-Melayu di Nusantara, aksara Lampung mulai menurun penggunaannya. Meskipun demikian, aksara ini tetap dipertahankan di daerah pedalaman Lampung oleh masyarakat setempat.

Pada masa modern, aksara Lampung dibagi menjadi dua kategori:

  • Aksara Lama: Digunakan dalam naskah-naskah kuno dan memiliki bentuk yang lebih rumit.
  • Aksara Baru: Merupakan versi aksara Lampung yang lebih sederhana, lebih mudah dipahami, dan kini diajarkan di sekolah-sekolah di Lampung.

Pelestarian Aksara Lampung

Aksara Lampung kini semakin dikenal oleh generasi muda, terutama dengan adanya upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Lampung. Aksara Lampung baru telah diadaptasi dalam bentuk software komputer, memungkinkan masyarakat untuk menulis dalam aksara Lampung di perangkat digital. Selain itu, aksara Lampung juga digunakan dalam desain grafis untuk kaos, souvenir, dan produk budaya lainnya, yang membuatnya semakin populer di kalangan anak muda.

Pemerintah dan masyarakat Lampung kini memberi perhatian khusus dalam melestarikan aksara ini. Aksara Lampung mulai diajarkan di sekolah-sekolah sebagai bagian dari pelajaran budaya lokal. Ini bertujuan untuk memperkenalkan dan menjaga identitas budaya Lampung agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Kesimpulan

Aksara Lampung bukan sekadar sistem tulisan, melainkan simbol dari kekayaan budaya dan identitas masyarakat Lampung. Meskipun penggunaannya tidak lagi luas dalam kehidupan sehari-hari, upaya pelestariannya sangat penting agar generasi mendatang tetap mengenal dan mencintai warisan leluhur mereka. Aksara Lampung, dengan sejarah yang panjang dan nilai kultural yang mendalam, terus hidup dalam berbagai bentuk—baik dalam tulisan, desain, maupun di dunia digital—sebagai bagian yang tak terpisahkan dari jati diri masyarakat Lampung.

Post a Comment for "Aksara Lampung"